Halaman

Rabu, 19 Oktober 2016

Legenda Pasir

Legenda Pasir

Di awal zaman…
Setelah menciptakan bumi dan langit selama 6 hari,
Di hari ketujuh, kita mengira tak pernah berakhir…
Karena manusia tergesa-gesa dan pelupa…
Di awal zaman…
Ada pula ciptaan yang tak tergesa-gesa dan pelupa…
Allah yang Mahakuasa sebelumnya memerintahkan dan memberikan amanah kepada mereka…
Kepada gunung-gunung…
Di muka bumi, tak ada selain mereka…
Kadar amanah, kemudian bersentuhan dengan puncak-puncak yang terjal,
Mereka mulai berjatuhan dengan sebuah guncangan…
Tak satu pun burung elang yang terbang melayang ke puncaknya yang tinggi,
Ketika tak satu pun puncak-puncak itu tergambar ke sebuah peta,
Dan ketika tak satu pun puncak-puncak gunung-gunung itu bersatu dengan lapisan langit pertama…
Mereka mulai berjatuhan dengan sebuah ledakan keseganan yang besar…
Gunung-gunung tak kuat memikul amanah,
Berat beban membuat badannya membungkuk…
Kehidupan gunung-gunung merupakan sebuah guncangan cinta yang besar,
Ketika puncak-puncak hancur berjatuhan,
Badan-badannya yang juga tak mampu menahan kegelisahan cinta mulai terbelah terbagi dua…
Seberapa kuat lengan-lengan dan akar-akar yang ia miliki, terjatuh sampai ke permukaan bumi, lepas satu per satu, bertebaran satu per satu…
Di awal zaman…
Puncak gunung-gunung agung itu bersatu dengan langit,
Mereka hancur berkeping-keping tak kuasa menahan amanah cinta…
Runtuh…
Hancur lebur, berubah menjadi sebuah pantai pasir yang besar,
Padang pasir…
Cinta; awal mengubah gunung menjadi pasir, kemudian dari pantai pasir menjadi gurun…
Setiap butiran-butiran pasir di gurun, matanya kering akan air mata,
Terus menangis, terus hingga kedua matanya hilang,
Kemudian mereka mulai terbakar,
Kemudian terpanggang,
Dan beberapa waktu kemudian mereka terdiam…
Di awal zaman…
Mereka diam bertawakkal dan tak pernah mengingkari janji,
Dibalas dengan sebuah balasan yang mulia oleh Allah yang Mahakuasa…
Di awal zaman…
Sungai Nil yang merupakan sungai pertama dari keempat sungai surga…
Dari mata air di ujung jemari kaki Sidratul Muntaha,
Sang Pemilik Alam semesta menggantungkannya ke permukaan bumi…
Di awal zaman…
Nil, menggantung di langit, menyampaikan salam kepada para darwis yang tak berlidah di gurun pasir…
Seperti sebuah takdir, mulai mengalir di tengah belahan gunung yang terbelah oleh cinta…
Di akhir zaman…
Tergesa-gesa dan pelupa, seorang gadis kecil,
Gurun pasir yang dia impikan ketika masih kecil,
“Suatu hari jika aku menulis cerita kalian semua, mungkin kalian tak terbakar seperti sekarang ini, mungkin juga aku bisa memberikan sedikit kesibukan kepada kalian,” ucapnya…
Di akhir zaman…
Kehidupan dan puisi, sebuah penghibur, hidup sebagai sebuah kesibukan…

Dari novel       : Asiyah, Sang Mawar Gurun Fir’aun

Karya               : Sibel Eraslan

Tidak ada komentar: