Legenda Pasir
Di awal zaman…
Setelah
menciptakan bumi dan langit selama 6 hari,
Di hari
ketujuh, kita mengira tak pernah berakhir…
Karena
manusia tergesa-gesa dan pelupa…
Di awal zaman…
Ada pula
ciptaan yang tak tergesa-gesa dan pelupa…
Allah yang Mahakuasa
sebelumnya memerintahkan dan memberikan amanah kepada mereka…
Kepada
gunung-gunung…
Di muka bumi,
tak ada selain mereka…
Kadar amanah,
kemudian bersentuhan dengan puncak-puncak yang terjal,
Mereka mulai
berjatuhan dengan sebuah guncangan…
Tak satu pun
burung elang yang terbang melayang ke puncaknya yang tinggi,
Ketika tak
satu pun puncak-puncak itu tergambar ke sebuah peta,
Dan ketika
tak satu pun puncak-puncak gunung-gunung itu bersatu dengan lapisan langit
pertama…
Mereka mulai
berjatuhan dengan sebuah ledakan keseganan yang besar…
Gunung-gunung
tak kuat memikul amanah,
Berat beban
membuat badannya membungkuk…
Kehidupan
gunung-gunung merupakan sebuah guncangan cinta yang besar,
Ketika
puncak-puncak hancur berjatuhan,
Badan-badannya
yang juga tak mampu menahan kegelisahan cinta mulai terbelah terbagi dua…
Seberapa kuat
lengan-lengan dan akar-akar yang ia miliki, terjatuh sampai ke permukaan bumi,
lepas satu per satu, bertebaran satu per satu…
Di awal zaman…
Puncak
gunung-gunung agung itu bersatu dengan langit,
Mereka hancur
berkeping-keping tak kuasa menahan amanah cinta…
Runtuh…
Hancur lebur,
berubah menjadi sebuah pantai pasir yang besar,
Padang pasir…
Cinta; awal
mengubah gunung menjadi pasir, kemudian dari pantai pasir menjadi gurun…
Setiap butiran-butiran
pasir di gurun, matanya kering akan air mata,
Terus
menangis, terus hingga kedua matanya hilang,
Kemudian
mereka mulai terbakar,
Kemudian
terpanggang,
Dan beberapa
waktu kemudian mereka terdiam…
Di awal zaman…
Mereka diam
bertawakkal dan tak pernah mengingkari janji,
Dibalas
dengan sebuah balasan yang mulia oleh Allah yang Mahakuasa…
Di awal zaman…
Sungai Nil
yang merupakan sungai pertama dari keempat sungai surga…
Dari mata air
di ujung jemari kaki Sidratul Muntaha,
Sang Pemilik
Alam semesta menggantungkannya ke permukaan bumi…
Di awal zaman…
Nil,
menggantung di langit, menyampaikan salam kepada para darwis yang tak berlidah
di gurun pasir…
Seperti
sebuah takdir, mulai mengalir di tengah belahan gunung yang terbelah oleh cinta…
Di akhir
zaman…
Tergesa-gesa
dan pelupa, seorang gadis kecil,
Gurun pasir
yang dia impikan ketika masih kecil,
“Suatu hari
jika aku menulis cerita kalian semua, mungkin kalian tak terbakar seperti
sekarang ini, mungkin juga aku bisa memberikan sedikit kesibukan kepada kalian,”
ucapnya…
Di akhir
zaman…
Kehidupan dan
puisi, sebuah penghibur, hidup sebagai sebuah kesibukan…
Dari novel : Asiyah, Sang Mawar Gurun Fir’aun
Karya : Sibel Eraslan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar