Cerita Tentang Seorang Alim dan Seorang Pendayung Perahu
“Suatu masa ada seorang alim yang
sangat terkenal. Pada suatu hari, sang alim itu butuh jasa angkutan perahu
untuk menyeberangi danau. Kebetulan, pada hari itu ia dapat perahu yang begitu
kusam dan tua. Perahu itu milik seseorang berpakaian lusuh dan miskin. Namun,
sang alim harus menaikinya. Saat itu ia merasa sangat risih dan sibuk
membersihkan tempat duduk agar tidak mengotori pakaiannya. Tak disangka, perahu
bergoyang-goyang sehingga sang alim terlihat akan jatuh. Spontan, sang
pendayung segera mengulurkan tangannya. Sang alim itu rupanya bersikap sombong.
Ia tidak mau memegang tangan sang pendayung perahu karena kotor dan
bengkak-bengkak.
Sang alim terus menggerutu, mengeluhkan kondisi perahu.
‘Sungguh jelek sekali perahu ini. Busuk, kotor, dan sama sekali tidak terawat.
Semoga kita bisa selamat sampai seberang!’
Sang pendayung perahu miskin itu tidak menjawab apa-apa meski di dalam
hati ia sangat merasa sakit.
‘Apakah seumur hidup kamu pernah sekolah, belajar ilmu?’
‘Sayang sekali belum pernah, Tuan. Saya sangat miskin sehingga tidak
punya kemampuan untuk sekolah. Satu-satunya ilmu yang saya ketahui hanya
mendayung perahu seperti ini untuk mendapatkan rezeki yang halal.’
‘Ah, katakan saja hidupmu telah terbuang sia-sia karena menjadi orang
bodoh.’
Tiba-tiba, cuaca menjadi mendung. Ombak dan riak di danau menjadi kencang
dan tinggi, mengombang-ambingkan perahu. Saat itu, kesempatan bertanya jatuh
pada sang pendayung perahu:
‘Tuan, apakah Anda bisa berenang?’
Sang alim kali ini merasa ketakutan dengan terjangan ombak yang siap
merenggut nyawanya.
‘Oh, tidak saudaraku pendayung perahu.’
‘Ah, hidup Anda akan habis percuma karena sebentar lagi kapal akan
tenggelam.’
Dalam kisah ini, salah satu ilmu yang tidak diketahui sang alim adalah
ilmu rendah hati.
Jika dirimu menjauhkan dari sifat menyombongkan diri, seraya menghiasi
diri dengan kerendahan hati, berarti engkau telah membunuh satu nafsumu. Lautan
tidak akan menenggelamkan jasadmu yang telah mati. Ia akan mengapungkannya
sampai terdampar ke pinggirannya. Sementara itu, harta, pangkat, dan jabatan
adalah beban yang akan memberatkanmu hingga dapat menyebabkan tenggelam. Bahkan
sampai dapat tenggelam ke dasar lautan. Tidak mungkin dengan beban itu engkau
dapat terapung ke permukaan. Namun, jika engkau dapat memisahkan diri dari
beban nafsu, engkau pun akan terapung dengan rahasia lautan.”
Kutipan dari
novel:
Maryam – Bunda Suci Sang Nabi -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar