Halaman

Senin, 21 Agustus 2017

Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia

Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia

Berbicara mengenai minyak atsiri, kita tidak dapat lepas dari membahas masalah bau dan aroma, karena fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum, baik itu sebagai parfum untuk tubuh, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi cita rasa pada makanan maupun produk rumah tangga lainnya. Tidak begitu banyak atau hanya beberapa jenis minyak atsiri yang popular digunakan sebagai bahan terapi terhadap suatu jenis penyakit atau yang lebih populer dengan istilah terapi aroma.
Sering timbul pertanyaan mengapa minyak atsiri dari satu tumbuhan memiliki aroma yang berbeda dengan minyak atsiri dari tumbuhan lainnya. Bahkan kebanyakan minyak atsiri memiliki aroma sangat spesifik. Hal ini tidak lain karena setiap minyak atsiri memiliki komponen kimia yang berbeda. Komposisi atau kandungan masing-masing komponen kimia tersebut adalah hal yang paling mendasar dalam menentukan aroma maupun kegunaannya (sebagai bahan pengharum, kosmetik, obat, dll). Jadi, penentuan komponen penyusun dan komposisi masing-masing komponen tersebut di dalam minyak atsiri merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kegunaan, kualitas ataupun mutu dari suatu minyak atsiri.
Namun, sifat fisik terpenting minyak atsiri adalah sangat mudah menguap pada suhu kamar sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan metode analisis yang akan digunakan untuk menentukan komponen kimia dan komposisinya dalam minyak asal. Harus digunakan metode analisis yang dapat meminimalkan hilangnya sebagian komponen selama proses analisis berlangsung.
Sumber minyak atsiri alami
Ditinjau dari sumber alami minyak atsiri, substansi mudah menguap ini dapat dijadikan sebagai sidik jari atau ciri khas dari suatu jenis tumbuhan karena setiap tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang berbeda. Dengan kata lain, setiap jenis tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang spesifik. Memang ada beberapa jenis minyak atsiri yang memiliki aroma yang mirip, tetapi tidak persis sama, dan sangat bergantung pada komponen kimia penyusun minyak tersebut. Perlu diingat bahwa tidak semua jenis tumbuhan menghasilkan minyak atsiri. Hanya tumbuhan yang memiliki sel glandula sajalah yang bisa menghasilkan minyak atsiri.
Famili tumbuhan Lauraceae, Myrtaceae, Rutaceae, Myristicaceae, Astereaceae, Apocynaceae, Umbeliferae, Pinaceae, Rosaceae, dan Labiatae adalah famili tumbuhan yang sangat populer sebagai penghasil minyak atsiri. Indonesia dengan hutan tropik yang begitu luas menyimpan ribuan spesies tumbuhan dari berpuluh famili, termasuk famili tumbuhan yang potensial sebagai penghasil minyak atsiri. Hal ini merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya yang dimiliki oleh Indonesia.
Puluhan, bahkan ratusan, spesies tumbuhan dari famili Lauraceae hidup tersebar dari Sabang sampai Merauke. Spesies yang palin populer dari famili tumbuhan ini sebagai penghasil minyak atsiri adalah Cinnamomum burmanni atau kayu manis dengan senyawa sinemaldehida sebagai komponen utama. Jenis tumbuhan ini telah diusahakan dalam bentuk perkebunan dan merupakan komoditas ekspor Indonesia semenjak zaman kolonial Belanda. Di samping C. burmanni, dikenal juga beberapa Cinnamomum lainnya, walaupun sebagian bukan tumbuhan asli Indonesia, antara lain C. cassia, C. javanicum, C. verum, dan C. sintoc.
Litsea cubeba atau kemukus merupakan spesies yang paling populer dari genus Litsea,sedangkan dari marga Cryptocarya dikenal C. massoi dengan komponen spesifik massoi lakton. Masih banyak lagi genus lainnya dari famili tumbuhan ini yang dapat dilihat pada buku karangan Kosterman yang berjudul Bibliography of Lauraceae. Daerah sebaran Cinnamomum dan Cryptocarya di Indonesia terbagi dalam dua wilayah yang cukup menarik untuk dicermati. Daerah Indonesia bagian barat dan tengah umumnya didominasi oleh populasi Cinnamomum seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi, sedangkan Cryptocarya populasinya lebih dominan di daerah Indonesia timur, terutama Irian Jaya.
Tumbuhan dari famili Myrtaceae yang sangat populer di Indonesia adalah Melaleuca leucadendron atau kayu putih, sedangkan Eucalyptus lebih banyak tersebar di Australia. Minyak atsiri dari daun tumbuhan kayu putih, yang memiliki sineol sebagai komponen utamanya, telah dikenal sejak lama untuk mengobati berbagai jenis penyakit seperti masuk angin, keseleo, pilek, dan rematik.
Pala (Myristica ftagrans) merupakan spesies yang sangat terkenal dari tumbuhan famili Myristicaceae. Walaupun kebanyakan dari kita hanya mengenal tumbuhan asli Pulau Banda (Maluku) ini sebagai rempah, bumbu masak, atau di Bogor dibuat asinan, pala juga dapat meningkatkan aktivitas mental atau yang lebih dikenal dengan bahan psikoaktif (psikotropika). Penyebabnya adalah aktivitas senyawa safrol, terutama miristisin dan elemisin, yang terkandung pada minyak atsirinya. Wanita hamil sangat berisiko mengalami keguguran yang bisa mengakibatkan kematian jika mengkonsumsi buah pala lebih dari 9 buah.
Banyak produk rumah tangga seperti pengharum ruangan, sabun, atau yang lainnya memiliki aroma jeruk manis, jeruk nipis, lemon, dan sebagainya. aroma ini merupakan campuran minyak atsiri yang berasal dari tumbuhan famili Rutaceae. Sayangnya saat ini lebih banyak digunakan bahan sintetiknya. Limonena sering diidentikkan sebagai senyawa identitas pada minyak atsiri yang berasal dari famili Rutaceae ini karena minyak atsiri dan famili tumbuhan ini umumnya mengandung limonene, walaupun kandungannya sangat beragam.
Dalam industri parfum modern, minyak atsiri yang berasal dari bunga kenanga (Canagium odoratum) merupakan bahan dasar yang banyak dipakai pada formulasi berbagai produk yang bernilai ekonomi tinggi. Di pasar internasional, minyak ini dikenal dengan minyak ilang-ilang yang memiliki aroma menyejukkan. Sungguh sangat disayangkan, minyak kenanga asal Indonesia yang dikenal dengan minyak kenanga jawa (java cananga) termasuk ke dalam kategori minyak kelas dua, sehingga nilai jualnya pun lebih rendah dibandingkan dengan minyak asal Perancis, Comoro, dan Filipina atau negara lainnya. Hal ini sebenarnya dapat dimengerti jika ditelusuri apa yang menjadi penyebabnya. Minyak ilang-ilang asal negara lain memiliki kandungan benzil benzoat yang relative lebih tinggi dibandingkan dengan minyak kenanga jawa. Padahal, dalam formulasi parfum kelas satu, senyawa ini memiliki peranan yang sangat penting untuk membuat parfum dapat bertahan lebih lama. Begitu juga dengan kandungan β-linalool yang memiliki aroma menyegarkan, kandungannya lebih rendah pada minyak kenanga jawa.
Selanjutnya, minyak basil merupakan salah satu minyak atsiri yang banyak kegunaannya untuk tujuan terapi aroma. Minyak atsiri ini diisolasi dari selasih (Ocimum basilicum) yang merupakan salah satu tumbuhan famili Labiatae. Selain digunakan sebagai parfum, minyak yang memiliki esdragol sebagai komponen utamanya ini juga digunakan sebagai salah satu bahan untuk terapi berbagai jenis penyakit seperti asma, sakit kepala, dan batuk. Kegunaan missal basil ini dalam hal terapi aroma diuraikan secara lengkap oleh Cooksley dalam bukunya Aromatherapy.


Agusta, Andria, 2000, Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia, Bandung: Penerbit ITB.

Tidak ada komentar: